Media di masa kini tidak asing dengan istilah korporasi media. Istilah korporasi media sendiri mengacau kepada kepemilikan suatu media. Sebenarnya korporasi media bukanlah suatu hal yang salah. Namun tetapi apabila hal tersebut disalahgunakan, maka korporasi media akan berdampak negatif. Di Indonesia sendiri terdapat banyak kasus terkait korporasi media. Dimana sifat netral dari media hilang.
Korporasi media dikhawatirkan dapat
mempengaruhi konten berita dan konten acara (televisi dan radio) yang bersifat
untuk menguntungkan salah satu pihak (pemilik media). Menguntungkan salah satu
pihak biasanya mengacu kepada profit yang diperoleh oleh media. Salah satu
contoh dari penyalahgunaan korporasi media adalah adanya agenda setting yang
menguntungkan siapapun yang mau membayar media tersebut. Selain itu,
penyalahgunaan korporasi media juga cukup identik dengan dunia politik, dimana
permainan politik dapat terjadi dalam suatu media. Sebagai contoh, iklan Mars
Perindo yang cukup boomingbeberapa
tahun lalu. Iklan tersebut ditayangkan secara terus menerus di stasiun televisi
milik MNC. Tentu hal ini sangat menunjukkan adanya korporasi media. Seperti
yang kita tahu bahwa Hari Tanoe selaku pemilik MNC Group juga merupakan bagian
dari Partai Perindo.
Beberapa contoh diatas menunjukkan
adanya penyalahgunaan korporasi media. Media seharusnya tetap bersifat netral
terhadap konten yang disajikan. Dengan adanya korporasi media, media kerap kali
juga memihak kepada satu sisi yang mengakibatkan sisi lain diberitakan secara
subjektif. Pada korporasi media, biasanya media akan memihak kepada sisi yang
dianut oleh pemiliknya. Maka itu apabila korporasi media digunakan secara tidak
bijaksana, maka audience yang sebenarnya menjadi korban. Contoh: dalam pemilu
presiden 2014, terdapat perbedaan quick count yang diberikan oleh TV One. TV
One yang dimiliki oleh Bakrie Group lebih pro kepada pihak Prabowo. TV One
memberikan berita dan quick count bahwa prabowo memenangkan pemilu saat itu.
Tentu berita ini sangat tidak kredibel. Dan setelah ditelusuri, ternyata
lembaga quick count tersebut telah bekerjasama dengan TV One. Hal ini akan
mempengaruhi audience saat itu. Mereka tidak tahu berita mana yang valid dan
yang sesuai dengan hasil yang akurat.
Author : Sara Elisyeva Setiana
Ref:
2.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/download/9753/7819
Thx infonya :)
BalasHapussana-sama kak. sering-sering kunjungi blog kami ya :)
HapusTerimakasih buat infonya
BalasHapusterimakasih sudah mengunjungi blog kami :)
Hapus