Discuss Communication Studies In A Brief, Accurate And In-Depth From Reliable Source

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Minggu, 20 Mei 2018

Perkembangan Media Cetak Majalah dan Surat Kabar di Indonesia


                                          

Majalah Pada Awal Kemerdekaan (1945)

Jakarta - Majalah bulanan bernama Pantja Raja terbit di Jakarta pada tahun 1945. Majalah ini berada dibawah kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dan Markoem Djojohadisoeparto.
Ternate - Arnold Monoutu dan dr. Hasan Misouri menerbitkan majalah mingguan pada bulan oktober yang bernama Menara Merdeka yang menulis berita siaran Radio Republik Indonesia.
Kediri – Majalah bahsa jawa dengan nama Djojobojo yang dipimpin oleh Tadjib Ernamdi.
Blitar – Hampir sama dengan konsep majalah di Kediri, majalah Obor menggunakan bahasa jawa.

Majalah Pada Orde Baru
Pada orde baru inilah berbagai tema majalah muncul. Saat itu tercatat lebih dari 10 tema majalah dan pilihan yang ada di Indonesia.

Majalah Pada Zaman Reformasi
Zaman reformasi merupakan zaman dimana berbagai macam majalah baru dapat diterbitkan sesuai dengan tuntuan pasar. Hal ini dikarenakan tidak diperlukan lagi adanya Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).

Surat Kabar

Awal mula
Pada awalnya surat kabar dikenalkan pada zaman penjajahan Belanda. Saat itu Belanda menggunakan surat kabar untuk menginformasikan kejadian pada saat itu.

1990an
Surat kabar pertama - Raden Mas Tirtoehadisoerjo mempelopori berdirinya surat kabar pertama di Indoneia, yaitu Medan Prijaji. Surat kabar ini berisi pembahasan mengenai politik dengan bahasa Indonesia.
Kelanjutan – Setelah Medan Prijaji terbit, muncul banyak surat kabar yang dipelopori oleh tokoh perjuangan. Namun kemudian banyak surat kabar yang tidak dapat bertahan karena terdapat penolakan dari penjajah dan kurangya modal untuk memproduksi

1942
Saat masa penjajahan Jepang, mereka membuat kebijakan baru terkait surat kabar. Jepang hanya memberi izin kepada surat kabar Djawa Shimbun. Namun tak lama kemudian, terdapat beberapa surat kabar yang mendapat izin dari Jepang.

Setelah Perang Dunia ke-2
Kekalahan Jepang pada PD II mengakibatkan Belanda dan Inggris mencoba untuk merebut kembali percetakan dan penerbitan di Indonesia. Hal ini kemudian ditentang oleh presiden dan wakil presiden saat ini, yaitu Soekarno dan Hatta. Mereka menutup percetakan milik Belanda dan kembali menghidupkan percetakan milik Indonesia.

1946
Februari – Terbentuknya PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
Juni - Terbentuknya SPS (Serikat Penerbit Surat kabar)

1950
Terdapat 105 surat kabar yang berdiri di Indonesia. 4 surat kabar terbesar saat itu antara lain Harian Rakyat (PKI), Pedoman (Partai Syarikat Islam), Suluh Indonesia (Partai Nasional Indonesia), dan Abadi (Masjumi).

Masa Orde Baru
Pada masa ini terjadi pergantian presiden, yaitu Soekarno menjadi Soeharto. Selain itu pada masa orde baru terjadi pembubaran PKI. Namun pada masa pemerintahan Soeharto terdapat pembatasan pers, sehingga tidak sembarang surat kabar dapat terbit. Hanya surat kabar milik tentara, nasionalis, agama, dan kelompok independen yang berhak untuk terbit. Banyak surat kabar yang saat itu dibredel apabila dianggap berbahaya dan tidka sejalan dengan visi misi pemerintahan saat itu.

Era Reformasi
Pada era ini, presiden ketiga Indonesia, yaitu B. J. Habibie membubarkan pembatas pers, yaitu Departemen Penerangan. Kemudian mucul raksasa media, atau memiliki hampir seluruh akses media (tv, surat kabar, radio, website dan majalah).

Era Globalisasi
Pada era ini, surat kabar tidak lagi berbentuk tercetak, namun dapat diakses melalui internet.



Author : Sara Elisyeva Setiana

4 komentar:

  1. Sangat bermanfaat thanks buat infonya

    BalasHapus
  2. terimakasih sudah mengunjungi blog kami :)

    BalasHapus
  3. Makasih informasinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kak. Sering-sering kunjungi blog kami yah :)

      Hapus

Your Ad Spot

Halaman